Budayawan : Harimau Turun Gunung Di Lahat Harus Muhasabah Dan Introspeksi Diri
Pagaralam, Barometer99.com
Menyikapi banyaknya harimau yang berkeliaran di kaki dan Lembah Gunung Dempo, Pemerhati Budaya Djagat Besemah, Tuan Guru Fekri Juliansyah bin Muslim menjelaskan alasan Kenapa penghuni Gunung Dempo ini turun gunung.
Menurut pria yang juga praktisi supranatural ini, harimau yang biasa disebut dengan "Ninik Gunung" ini menunjukkan kemarahan mereka akibat ulah oknum manusia itu sendiri.
"Mereka saat ini merasa terganggu oleh perburuan, penebangan hutan atau pohon di kawasan Gunung Dempo", jelas dia melalui whatsapp dari Kuala Lumpur - Malaysia (18/11) siang ini.
Keberadaan binatang buas ini juga disebabkan karena masyarakat dan pengunjung wisata dinilai tidak menjunjung tinggi kearifan lokal yang ada.
"Ada kemaksiatan yang dilakukan oknum pengunjung wisata dan juga perzinahan yang merebak dilakukan oleh oknum pengunjung wisata yang datang ke Kota Pagaralam. Jadi perketat tamu hotel yang menginap di kawasan Gunung Dempo. Jangan Biarkan perzinahan terjadi di tanah Besemah ini. Aura negatif ini akan menghasilkan medan energi dan hawa panas bagi harimau Gunung Dempo", tambahnya.
Dalam salah satu pesan PuHyang (Leluhur) pendiri Djagat Besemah, ada satu larangan bagi masyarakat Besemah (termasuk Semende) yaitu larangan "Menanam sahang atau Lada". Namun larangan ini sepertinya diabaikan saja. Sehingga wajar kalau saat ini binatang buas ini turun gunung. Jadi, hentikan menanam sahang atau lada di sekitar Gunung Dempo, karena ini akan menjadi salah satu penyebab mereka turun gunung", himbau Tuan Guru Fekri Juliansyah bin Muslim yang merupakan salah satu dzurriyaat PuHyang pendiri Djagat Besemah.
Yuli Lesmana Siregar dari media Barometer99.com, ditegaskan narasumber siapapun yang datang apalagi berdomisili di wilayah sekitar Gunung Dempo wajib menjaga adab dan kearifan lokal yang berlaku. Pemerintah Kota Pagaralam harus membuat aturan dan tata tertib bagi masyarakat di kawasan Gunung Dempo dan sekitarnya dengan mengedepankan kearifan lokal sesuai petata - petiti Puyang Njadikah Djagat.
Lebih lanjut pria yang aktif dalam kegiatan dakwah jalanan antar bangsa ini mengajak seluruh masyarakat agar muhasabah dan introspeksi diri, karena munculnya "Ninik Gunung" ini sebagai isyaroh dan teguran atas kelakuan manusia di sekitar Gunung Dempo yang dinilai sudah tidak sesuai dengan tatanan nilai-nilai moral yang telah diamanatkan Para Puyang (PuHyang). "Ini peringatan agar kita kembali ke jalan yang benar sesuai tuntutan Agama", tambahnya.
(Yl)