KULIAH DARING, MAKSIMALKAH?
Barometer99.com - Dunia sedang menghadapi persoalan yang genting terkait wabah bencana Covid 19. Infeksi virus ini disebut Covid-19 dan pertama kali ditemukan di kota Wuhan, Cina, pada akhir Desember 2019. Virus ini menular dengan cepat dan telah menyebar ke wilayah lain di Cina dan ke beberapa negara, termasuk Indonesia.
Virus Corona dapat menginfeksi siapa saja , tetapi efeknya akan lebih berbahaya atau bahkan fatal bila terjadi pada orang lanjut usia, ibu hamil, orang yang memiliki penyakit tertentu, perokok, atau orang yang daya tahan tubuhnya lemah (Pane, 2020). Hal ini membuat pemerintah Indonesia mencanangkan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau lebih dikenal dengan PSBB.
Adapun pelaksanaan PSBB dilakukan selama masa inkubasi terpanjang (14 hari). Jika masih terdapat bukti penyebaran berupa adanya kasus baru, dapat diperpanjang dalam masa 14 hari sejak ditemukannya kasus terakhir .
Covid 19 memberikan dampak yang luar biasa pada semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, baik di bidang ekonomi, sosial, budaya, kesehatan, dan juga pendidikan. Pembelajaran di segala lapisan pendidikan di Indonesia mulai dari Taman Belajar hingga Perkuliahan harus melakukan pembelajaran jarak jauh atau disebut juga pembalajaran daring (dalam jaringan).
Hartley (dalam Triluqman dan Sukirman, 2009) mengatakan bahwa pembelajaran daring adalah suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke peserta didik dengan menggunakan media Internet, Intranet atau media jaringan komputer lain. Saat ini konsep pembelajaran sudah banyak diterima oleh masyarakat dunia, apalagi dampak wabah Corona di sektor pendidikan saat ini.
Memang Indonesia sudah menggapai tahap generasi IT era 4.0, namun dengan bencana wabah ini cukup membuat “kaget” berbagai kalangan. Para pendidik harus siap mengajar dengan live chat dan menyampaikan materi secara online. Tidak mudah, apalagi tuntutan dari kementrian pendidikan mengharuskan kirim bukti fisik pembelajaran setiap rentang waktu tertentu.
Tak hanya itu, peserta didik juga dibuat kalang kabut. Pembelajaran biasa dengan tatap muka terkadang sulit dipahami, apalagi daring? Ungkapan retorik tersebut sedang ramai diperbincangkan para pelajar dari tingkat rendah hingga perkuliahan. Apalagi para mahasiswa.
Momen belajar di rumah yang harusnya menyenangkan berubah menjadi suram. Tugas yang didapatkan setiap harinya dari dosen, memikirkan pembayaran uang kos bulanan, bahkan uang perkuliahan harus tetap dijalankan. Padahal, orang tua juga tengah berada di masa sulit ekonomi terutama banyak Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akhir-akhir ini.
Tak jarang beberapa mahasiswa harus terjun langsung ikut membantu perekonomian keluarganya di rumah. Sebagian besar dari mereka mengeluhkan hal itu dan berharap pihak kampus memberikan keringanan atau potongan biaya pembayaran karena pembelajaran tidak dilakukan di ruang belajar namun dari rumah.
Mahasiswa juga tidak menikmati fasilitas kampus lagi yang biasa tersedia seperti fasilitas perpustakaan, kantin, UKM, dan sebagainya. Namun, alih-alih mendapat potongan pembayaran, justru pengeluaran bertambah sebagai modal kuota internet untuk pembelajaran daring.
Pada pembelajaran daring harian, para mahasiswa selalu disuguhkan dengan tugas yang menumpuk dengan penyampaian materi yang sedikit. Tidak sedikit mahasiswa mengeluhkan stres akibat tugas dengan deadline singkat sementara dosen lain juga memberi tugas dengan ukuran super.
Telat mengumpulkan, nilai di bawah batas ambang aman. Tentu ini adalah momok menakutkan bagi mahasiswa. Pembayaran kuliah tetap namun nilai yang didapatkan minim. Perlu adanya kebijakan khusus yang harus dipertimbangkan dosen dan juga pihak kampus terkait pelaksanaan pembelajaran daring berikut juga penilaiannya. Dalam pelaksanaan belajarnya pun dapat diubah metodenya misal dengan pemberian tugas life skill sebagai selingan kegiatan.
Namun, kembali ke hakikat mahasiswa yang dituntut mandiri dalam mengikuti perkuliahan. Penanaman rasa tanggung jawab di dalam hati akan menjadi solusi pemecah persoalan ini. Tidak mudah memang. Apalagi saat di rumah, kegiatan rumah juga menumpuk, membantu orang tua dengan kerepotan yang tidak sedikit, perkuliahan online yang mengharuskan duduk di depan laptop berjam-jam, terasa berat.
Namun, saat rasa tanggung jawab telah tertanam, maka tidak akan ada kata keluh kesah dan dapat menjalani segala sesuatu dengan tulus. Sopo kang nandur, bakal panen (siapa yang menanam, akan memanen). Sebuah pepatah Jawa yang harus selalu diagungkan maknanya dan diimplementasikan dalam setiap kegiatan sehari-hari.
Sehingga apapun kesulitan yang dilakukan sekarang akan menjadi manfaat bagi diri sendiri di masa akan datang. Tak hanya itu, wawasan baru juga akan terbentuk dalam diri kita.Nama: Putri Reghina Anisa
TTL: 29 November 1999
Alamat: Lamdingin, Banda Aceh
Instansi: Universitas UIN Ar-Raniry, Fak FUF, jurusan Sosiologi Agama.
**(Rl)
0 Comments: