Pasutri Lansia Tinggal di Gubuk Reot Tak Tersentuh Bantuan Pemerintah

0 Comments


NTB - Barometer99.com

Gubuk ukuran 3×3 meter, di pinggir Dusun Punti, Desa Punti, Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima. Di situlah pasangan suami isteri Yusuf dan Siti Hajar menghabiskan hari-hari tua mereka. Gubuk itu sebenarnya lebih layak untuk kandang ayam, bukan untuk manusia.

Berkunjung ke gubuk milik Yusuf, 70 tahun dan istrinya Siti Hajar Bersama Kepala SMA 1 Soromandi, Rifial , awalnya secara kebetulan saja. Kunjungan silaturahmi  ke rumah Pasutri tersebut sekedar hanya untuk menyerahkan bantuan.

Meski Rifial Akbar merupakan warga asli Dusun Punti, sama sekali tidak tahu ada warga setempat yang tinggal di gubuk reot ini,  Rifial Akbar mengetahuinya ketika ada yang membagikan foto rumah Pasutri tersebut di sosial media. Gubuk yang ditempati Yusuf dan istrinya berjarak sekitar 100 meter dari jalan lintas Bajo-Punti, sebelah timur SD Inpres Punti,  posisinya paling pinggir.

Gubuk ukuran sekitar 3×3 meter itu kondisinya memprihatinkan. Kendati tiang penyangga masih kokoh, namun bagian belakang gubuk yang ditutupi dengan terpal yang sudah sobek karena lapuk, sehingga terbuka, kecuali dinding bagian depan yang terlihat masih utuh, dipasangi tripleks yang disambung-sambung. Sementara bagian dalam gubuk hanya terlihat kasur yang sudah kumal, dapur yang dibuat dari tanah bersama piring dan periuk. Sementara lantai rumah dari bambu dan kayu bulat yang sudah banyak yang lapuk.

Yusuf menyampaikan bahwa mereka sudah belasan tahun tinggal di gubuk itu, sebelumnya mereka menempati rumah panggung sembilan tiang. Karena atap rumah rusak dan tidak ada biaya untuk memperbaikinya sehingga mereka terpaksa membangun gubuk untuk ditempati.

Praktis sudah belasan tahun dia dan istrinya tinggal di gubuk itu, namun kondisi mereka seperti itu tampaknya luput dari perhatian pemerintah desa maupun kecamatan setempat. Selama ini kata bapak empat anak ini, nyaris tak tersentuh bantuan pemerintah, apalagi bantuan bedah rumah, kecuali tahun ini kata Yusuf, itupun hanya dapat bantuan dari program Bima Ramah, berupa paket Sembako senilai Rp 200 ribu, padahal secara kasat mata, Yusuf dan istrinya sangat layak untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah. 

Tidak hanya karena mereka menempati gubuk reot, usia keduanya sudah tua dan tidak memiliki penghasilan tetap untuk hidup, dan kebutuhan sehari-hari hanya mengandalkan hasil jagung yang ditanam sekali tahun. Untuk tahun ini, hasil jagung mereka sangat kecil, selain karena hama, harga jualnya pun anjlok dibanding tahun-tahun sebelumnya, tentu saja, untuk melewati waktu satu tahun, agar bisa tanam jagung lagi, berat bagi mereka.

Usia Yusuf yang sudah 70 an tahun, tentu saja tidak mungkin lagi mencari pekerjaan tambahan lain, agar dapurnya tetap mengepul. Yusuf tampaknya harus berjuang sendiri untuk kelanjutan hidup mereka ke depan. Mereka juga tidak bisa berharap banyak dari empat orang anak yang kini sudah berkeluarga. Kondisi ekonomi mereka juga pas-pasan, hanya cukup untuk kebutuhan masing-masing.

Saat istri Rifial Akbar menyerahkan bantuan. Istri Yusuf, Siti Hajar tidak kuasa menahan tangis. Selain terharu karena mendapat bantuan, dia juga mengaku senang dikunjungi Rifial Akbar yang ternyata masih ada hubungan keluarga. Karena kondisi kehidupan Yusuf dan istrinya jauh dari kata layak, Rifial mengaku, akan menggalang bantuan untuk bisa membangun ulang rumah Yusuf yang lebih layak, ‘’InsyaAllah, kita akan upayakan bangun ulang rumah Yusuf dan istrinya. Supaya mereka bisa menghabiskan masa tua di rumah yang layak,’’ kata pria yang akrab disapa Pian ini. DA-104
(Abdullah)

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard.

0 Comments:

Postingan Populer