HP Sebagai Elektronik Babysitting dan Alat Parenting Dampak Pada Anak Kecil

0 Comments


Barometer99.com, ACEH - Ring…ring…ring...ring…ring….panggilan berakhir tanpa jawab.  Mungkin lgi sibuk dengan  urusan  temanku  ini. Sebentar coba lagi. Kagen sama  teman ku, mau  tanyain khabarnya .Ring…ring....ring…cobaan kedua kalinya aku  putus asa , mau ku batal aje panggilan ini, tiba-tiba ada suara, “hello, assalamualaikum. Kwa..kwa..kwa (tangisan anak kecil)”, waalaikumsalam , kamu sehat tanyaku. “sehat, jawabnya”, kok  keras kali tangis anak tu, cucumu  tanyaku  lagi, “Iya, cucuku  lagi nangis rebutan hp dengan ku” jawabnya.

Itulah  tadi aku  neliponmu  gak diangkat, Mashaallah  berapa usianya, “2 tahun 2 bulan, tadi tu gak bisa diambil hp ditangan nya, itulah gak bisa dijawab” jawab temanku. Bilangku  pada  teman, biar anak itu menangis sekarang dari kamu dan  mamaknya  menangis dikemudian  hari. 

Inilah dampaknya apabila HP  dijadikan alat untuk amankan  anak  kecil malah disogok dengan berbagai pogram  you tube  sebagai teman belajar. HP akan menjadikan anak pasif dan ‘speechless”. HP juga bisa buat anak kecil kecanduan.

Alat elektronik kecil  dengan berbagai macam fungsi khusus seperti handphone, computer ,game dll di istilahkan sebagai gadget yang sudah sangat familiar di kalangan  masyarakat malah  merasa ketergantongan dengan gadget tersebut.  Emangnya menafaatnya gadget ini dalam  kehidupan masyarakat kini dengan alasan  mempermudahkan  urusan  pekerjaan atau  bisnes, berkomunikasi dengan orang yang jauh, mencari informasi, pendidikan dan  juga hiburan.

Tidak kurang  juga  orangtua menjadikan gadget sebagai jalan pintas untuk mengasuh anaknya yaitu sebagai babysitter. . Dengan berbagai fitur dan aplikasi gadget yang menarik, orangtua memanafaatkannya untuk menemani anak yakni sebagai petugas yaitu parenting agar orangtua bisa beraktivitas dengan tenang tanpa diganggu oleh anak, sehingga orangtua tidak lagi melakukan  perannya dengan baik. 

Seharusnya, orangtua menjadi teman anak untuk bercerita dan sebagai guru dirumah untuk mendidik tapi tugas itu dialihkan kepada gadget yg lebih banyak pogram didalamnya yang secara langsung memenjarakan si anak di dalam dunia ilusi. Anak tidak lagi peduli dengan lingkungannya.

Perlu diketahui bahwa perkembangan  anak yang sensitif  adalah  sewaktu  usia 1-5 tahun  disebut “the golden age”. Pada peringkat usia ini seluruh aspek perkembangan anak, yaitu kecerdasan  intelektual,  kecerdasan emosi, dan  kecerdasan  spiritual sedang berkembang  dan  diperingkat ini lah anak akan  menyerap informasi dengan cepat dan menjadi peniru pada apa saja perbuatan yang anak lihat dan  dari kata-kata yang anak dengar. Peringkat usia ini menjadi dasar terbentuknya karakter, kepribadian, dan kemampuan kognitifnya.

Para peneliti di National Radiology Protection  Board, Inggris, mengatakan radiasi elektromagnetik yang dihasilkan dari gadget dapat merusak DNA dan mengakibatkan  tumor otak. Saat  menggunakan gadget 70-80 % energy radiasi yang dipancarkan dari gadget diserap oleh  kepala. Prof. Henry mengatakan  bahwa efek  radiasi  pada anak sangat mengkhawatirkan kerna otak yang masih berkembang sangat mungkin terkena radiasi.

Disebabkan kulit otak, tisu-tisu dan tulang anak yang lebih nipis menyebabkan penyerapan radiasi pada anak lebih tinggi dibanding dengan orang dewasa.
Menurut Psikolog Anak dan Keluarga dari klinik SOA, Hanlie Muliani, M.Psi., untuk memahami lebih jauh mengenai dampak psikologis penggunaan gadget pada anak, ada baiknya jika kita mengenal lebih dahulu mengenai konsep plastisitas otak. Plastisitas otak adalah organ yang elastis, dalam artian bisa terus dibentuk dan dilatih agar dapat digunakan dengan maksimal, perlu ada sambungan  neuron  atau  sel saraf, yang bisa dicapai dengan stimulasi. 

Menurut saintis, dengan hanya 2 minit panggilan telefon boleh mengubah aktiviti pemilihan dalam otak anak selama satu jam. Gelombang radiasi bukan sahaja menebusi telinga tetapi juga bisa menebusi otak. Sistem saraf anak yang sedang berkembang juga bisa menyebabkan mereka lebih terdedah terhadap karsinogan sejenis barah. Affek radiasi yang paling terkesan pada mata anak dan akan mengakibatkan juling dan pecah pemuluh darah saraf mata.

Menggunakan gadget terlalu lama dapat mempengaruhi kesehatan fisik, mental dan emosional anak. Menonton layar pada HP secara terus menerus akan meningkat kan risiko mata lelah dan miopi. Anak yang kecanduan gadget pun akan sulit tidor dan sulit bersosialasi. Penggunaan gadget berlebihan juga berisiko meningkatkan peluang kejadian ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorder) atau sindrom kurang daya tumpuan dan hyperaktif dan autism pada anak.

Seorang ayah di Thailand nenbagikan pengalaman tentang putrinya yang kecanduan HP. Awalnya sang ayah memberikan anaknya HP pada usia 2 tahun (24 bulan) agar si ayah leluasa bekerja. Namun masalah kesehatan timbul, sang anak memiliki masalah mata dan harus menggunakan kacamata. Tapi bukannya membaik, penglihatannya beransur-ansur menurun dan pada usia empat tahun, anak itu harus menjalani operasi mata.

Setelah didiagnosa penyebabnya ternyata akibat penggunaan gadget yang berlebihan.
Dengan penggunaan gadget pada anak kecil, orangtua nerasakan tanggungjawab untuk mengasuh & mendidik anak telah beralih ke elektronik. Bagi ibubapa ini mereka telah berjaya mengamankan anaknya, tapi mereka gak sadar bahaya disebaliknya. Anak gak mau bermain out door atau menaiki basikal. Malah ada anak yang gak mau berdiri atau berjalan2 apatah lagi berlaei. Ada anak Balita yang gak bisa bercakap gara-gara asyik nonton layar Jari jemari gak bisa berfungsi mengengam kerna cuma menggunakan satu jari untuk ‘touch screen’ Ada juga anak yang gak mau makan dan minum malah mereka akan marah kalau dilarang dari terus menonton HP itu. 

Apakah penggunaan gadget pada anak-anak usia Balita (18-24 bulan) dan anak tadika itu (4-6 tahun) banyak manafaatnya atau lebih banyak mudhoratnya.? 
Anak-anak dilahirkan fitrahnya kosong, Cuma punya anggota, organ & otak. Ibubapa & lingkungan nya lah yang mencorakkannya. Janganlah ibubapa membesarkan anak-anak dalam ilusi atau dunia fantasi, besarkan mereka dengan dunia reality, dengan barang-barang yang bisa dipegang bukan nya Cuma melihat barang-barang yang berada dalam layar. 

Kembalikan lah anak-anak kecil ini kedunia reality agar semua perkembangan pertunbuhan anggota badannya berkembang baik dan kesehatan anak lebih terpelihara. Bermain adalah proses belajar yang sangat penting bagi anak-anak Pilihlah mainan anak yang cocok dengan tahap perkembangannya supaya proses belajar tersebut menjadi maksimal.

Mainan anak yang baik seharusnya mendukung interaksi antara ibubapa atau orang dilingkungannya. Pemainan symbol dan peran seperti anak patong, mobil, alatan dapur dll. Permainan ini mirip dengan aktivitas sehari-hari dapat mengembangkan kemampuan bersosialisasi, Untuk adaptif dan manipulatif motorik halus bisa terhasil dengan bermain blok (kotak), puzzle huruf, lego, bentuk-bentuk yang berwarna. 

Permainan ini dapat  merangsang kreativitas, imaginasi, dan logika anak  Untuk membantu perkembangan motorik kasar perlu kepada mainan yang bersifat fizik seperti tending bola, baling bola dan main ditaman. Permainan ini melatih koordinasi anggota tubuh serta interaksi sosial anak. Anak-anak yang berusia 1-3 tahun maunya membongkar dan memasang semula. Dapat mengenali bahagian-bahagian mobil mainan atau bahagian-bahagian anak patung. Anak-anak juga dapat menggunakan deria sentuhan untuk mengetahui mainan yang  keras dan yang lembut.

Kembalikan anak anda ke dunia reality, biarin anak berlari, melompat, memanjat dan bersosialitas  Bak kata perpatah melayu ”bersusah-susah dahulu, bersenang-senang kemudian” bukannya “bersenang-senang dahulu, bersusah-susah kemudian”.



Laporan : Anja/Norizal Binti Razali.

editor     : Herbi.

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard.

0 Comments:

Postingan Populer